BALI, disebut Pulau dewata, atau tevoda dalam bahasa Khmer, yang maknanya dewa dengan kedudukan lebih tinggi dari dewa-dewa utama. Istilah dalam ajaran Hindu dan Buddha untuk keberadaan spiritual yang memiliki kekuatan supranatural.
Luas pulau ini 5.636,66 Km persegi atau 563.666 hektar. Ada sedikit perbedaan yang dihitung dari Badan Informasi Geospasial (BIG), yaitu 559.468 hektar, membentang dengan panjang 153 Km dan lebar 112 Km.
Surga bagi turis ini beriklim laut tropis. Suhu udara tertinggi di Kabupaten Buleleng, mencapai 28,6 derajat celcius dengan kelembaban udara 75 persen. Sedangkan suhu terendah di Kabupaten Tabanan, mencapai 20,2 derajat celcius dengan kelembaban udara 80 persen.
Terkait curah hujan, Kabupaten Tabanan memiliki curah tertinggi yang mencapai 3.348,1 mm. Sedangkan curah hujan terendah terjadi di Kabupaten Jembrana yang mencapai 1.936,2 mm.
Pulau dihuni bangsa Austronesian sekitar 2.000 tahun sebelum masehi. Budaya dan bahasa mereka erat kaitannya dengan agama hindu yang dijaga dengan baik hingga sekarang.
Ada sembilan sekte di sana, yaitu Pasupata, Bhairawa, Siwa Shidanta, Waisnawa, Bodha, Brahma, Resi, Sora dan Ganapatya. Setiap sekte menghormati dewa tertentu sebagai Ketuhanan pribadinya.
Nama Bali sendiri ditemukan dari berbagai prasasti, termasuk pilar prasasti Blanjong yang ditulis oleh Sri Kesari Warmadewa pada tahun 914 masehi yang menyebutkan ‘Walidwipa’ atau Bali Dwipa.
Pada abad ke-15 Masehi ketika Majapahit dikalahkan kerajaan Islam Demak, terjadi eksodus besar-besaran kaum hindu dari pulau Jawa ke pulau eksotis ini yang kemudian jadi cikal bakal penduduk asli Bali.
Minggu lalu, 12 hingga 13 November 2022, bersama delapan pesepeda yang tergabung MILUGO-RUDY PROJECT BALI LOOP 400 KM, saya berkesempatan mengeliling pulau ini dengan sepeda. Etape pertama 200 Km dari Denpasar ke Lovina, etape kedua 200 Km dari Lovina kembali ke Denpasar. Alhamdulilah.